Kewirausahaan Menurut Peter F Drucker
Biografi Peter F. Drucker
Peter Drucker lahir di Wina, Austria pada 1909. Kemudian, ia dididik di
Inggris dan Austria. Ia meraih gelar doktor di bidang hukum masyarakat dan
hukum internasional di Universitas Frankfurt, Jerman. Kemudian, dia bekerja
sebagai social ecologist, penulis, konsultan, dan sebagai professor di
universitas.
Selama itu, ia telah menulis 41 buku tentang ekonomi, politik, masyarakat, dan
manajemen. Tulisannya telah diterjemahkan ke dalam 37 bahasa.
Di samping menulis buku, Drucker juga membuat program pelatihan di bidang
manajemen dan bisnis. Ia juga menulis kolom rutin di Wall Street Journal
selama lebih dari 20 tahun. Ia sering menulis esei ilmiah di The Economist,
Harvard Business Review, The Atlantic Monthly, Financial Times, Foreign
Affairs, Fortune, dan sebagainya.
Dan sebagai konsultan, ia sering menyumbangkan pemikirannya dalam pembuatan
kebijakan bagi pemerintah, perusahaan-perusahaan bisnis, dan Lembaga Swadaya
Masyarakat. Fokus utama karya-karyanya kinerja manajemen puncak di dalam
organisasi.
Ia bekerja dengan banyak perusahaan besar maupun kecil. Beberapa tahun
terakhir hidupnya, ia bekerja dengan banyak perusahaan non-profit, termasuk
universitas, rumah sakit, dan gereja. Di samping itu, ia juga bekerja sebagai
konsultan bagi pemerintah Jepang dan Kanada.
Peter Drucker adalah seorang professor di bidang filsafat dan politik di
Bennington College di Bennington. Ia juga menjadi professor pada bidang
manajemen di Graduate School of Management di New York University dari 1949
sampai 1971.
Pada 1969, ia menerima penghargaan tertinggi, yakni NYU Presidential Citation.
Dari 1971-2002, ia menjadi Clarke Professor di bidang ilmu sosial dan
manajemen di Claremont Graduate University in Claremont, California. Sekarang,
sekolah ini bernama Peter F. Drucker and Masatoshi Ito Graduate School of
Management.
Pada 1993, Drucker mendirikan Peter Drucker Research Library and Archive di
Internet. Ia juga menerima Presidential Medal of Freedom, yakni penghargaan
tertinggi bagi warga sipil Amerika Serikat. Ia juga menerima penghargaan dari
pemerintah Jepang dan Austria. Ia memperoleh penghargaan doktor kehormatan
dari 25 universitas di Amerika, Belgia, Inggris, Spanyol, dan Swiss.
Pada 1955 sampai 1960, ia menjabat sebagai pimpinan dari Society for the
History of Technology. Pada awal karirnya, Drucker adalah seorang ekonom untuk
International Bank di London, sekaligus menjadi koresponden bagi koran Inggris
Pengertian Kewirausahaan
Kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda. Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahan adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda
dari yang lain. Atau mampu menciptakan sesuatu yang berbeda dengan yang sudah
ada sebelumnya.
“Di dalam bisnis”, demikian tulis Drucker, “inovasi jarang ditemukan dalam
munculnya inspirasi. Inovasi muncul dari analisis bermata dingin dari tujuh
macam kesempatan yang ada.” Dengan kata lain, kunci kesuksesan yang utama
bukanlah sekedar inspirasi, tetapi praktek inovasi yang tersistematisir di
dalam perusahaan.
Selain strategi yang tepat, kunci kesuksesan sebuah bisnis terletak pada
bentuk aktivitas tertentu, yakni aktivitas inovasi. Aktivitas inovasi adalah
“suatu upaya untuk menciptakan perubahan yang terarah terhadap potensi ekonomi
maupun sosial perusahaan. “Tentu saja, ada beberapa inovasi yang muncul dari
kinerja orang-orang jenius. Akan tetapi, ini hanya perkecualian saja.
Tujuh Faktor Sumber Inovasi Menurut Drucker
1. Peristiwa-peristiwa yang Tak Terduga
Menurut Drucker, salah satu sumber inovasi dan kreativitas yang utama adalah
keberadaan dari “yang tak terduga” (the unexpected). Pada awal dekade 1930-an,
IBM mengembangkan sebuah mesin penghitung uang modern untuk praktek fungsional
bank. Akan tetapi, pada dekade itu, bank tidak membeli komputer untuk praktek
finansial mereka.
Pada saat yang sama, perpustakaan umum New York menyatakan, bahwa mereka
membutuhkan mesin itu. Tidak seperti sekarang, pada masa itu, perpustakaan
memiliki dana yang besar untuk pengembangan. Thomas Watson, Sr, CEO IBM pada
masa itu, pun menjual ribuan mesin penghitung uang kepada banyak perpustakaan
di Amerika.
Lima belas tahun setelah peristiwa ini, dunia bisnis mulai tertarik pada mesin
penghitung uang. Komputer bukan hanya berurusan dengan dunia akademik saja,
tetapi juga dengan dunia bisnis. Komputer penghitung uang digunakan sebagai
penghitung gaji di perusahaan-perusahaan.
UNIVAC, perusahaan komputer yang punya teknologi paling canggih pada masa itu,
hendak mendominasi pasar. Akan tetapi, IBM segera memanfaatkan situasi, dan
menginvestasikan dana untuk mengembangkan mesin penghitung uang mereka. Dalam
lima tahun, IBM menjadi penguasa pasar penyedia komputer penghitung gaji.
Kondisi ini bertahan sampai sekarang.
“Kegagalan yang tak terduga”, demikian Drucker, “mungkin sama pentingnya jika
dianggap sebagai kesempatan yang bagus untuk melakukan inovasi. ” Kasus
Ford-Edsel bisa dijadikan bahan pelajaran berharga. Banyak orang beranggapan,
bahwa Ford-Edsel merupakan kasus kegagalan industri otomotif terbesar dalam
sejarah.
Akan tetapi, menurut Drucker, hanya beberapa orang yang sadar, bahwa kegagalan
industri itu sebenarnya juga merupakan kunci keberhasilannya. Edsel adalah
tipe mobil yang diciptakan oleh Ford untuk menyaingi dominasi General Motors
pada masa itu. Akan tetapi, secara tiba-tiba, Ford menyadari terjadinya
perubahan paradigma di masyarakat Amerika.
Masyarakat Amerika tidak lagi hanya berfokus pada harga mobil saja, tetapi
pada “gaya hidup” (life styles) yang ditawarkan mobil tersebut. Ford
menanggapi itu dengan menawarkan Mustang, yang pada akhirnya memang menjadi
simbol gaya hidup modern Amerika. Pasar mobil pun kembali dikuasai oleh Ford.
“Keberhasilan dan kegagalan yang tak terduga adalah sebuah kekuatan produktif
inovasi bisnis”, demikian Drucker ,”karena banyak orang mengabaikannya.. dan
bahkan membencinya. ” Banyak orang takut dengan “yang tak terduga”. Hal yang
sama terjadi pada para manajer-manajer bisnis yang tangguh. Mereka takut pada
“yang tak terduga”. Mereka memalingkan perhatian mereka pada kesempatan yang
muncul dari “peristiwa-peristiwa yang tak terduga” (unexpected occurences).
Seorang ilmuwan Jerman menemukan novocaine pada 1905. Novocaine adalah
narkotik pertama yang tidak menimbulkan kecanduan, dan dapat digunakan di
dalam praktek operasi bedah, seperti pada amputasi misalnya.
Akan tetapi, banyak ahli bedah lebih memilih melakukan anesthesia penuh pada
prosedur semacam itu. Hal ini masih terjadi sampai sekarang. Diam-diam, banyak
dokter gigi tertarik dengan novocaine. Mereka menggunakannya di dalam praktek
medis. Sang pencipta novocaine kaget dengan fakta itu.
Ia pun berkeliling untuk menghimbau kepada para dokter gigi, supaya tidak
menggunakan novocaine di dalam praktek mereka, karena memang novocaine tidak
ditujukan untuk para dokter gigi. Jelas, sang pencipta novocaine tidak siap
menghadapi fakta yang tidak terduga. Ia bersikap defensif dan reaksioner,
sehingga tidak berhasil menjadikan produknya kompetitif.
Banyak perusahaan melaporkan kegagalan mereka mengantisipasi peristiwa yang
tak terduga di dalam laporan bulanan mereka. Mereka menganggap peristiwa yang
tak terduga sebagai kerugian. Tentu saja, informasi tersebut penting, supaya
tidak terjadi kerugian dalam jumlah besar yang mengancam eksistensi
perusahaan.
Akan tetapi, stigma bahwa peristiwa tak terduga merupakan simbol kerugian,
pada akhirnya, bisa menutup kemungkinan perusahaan untuk mengembangkan bisnis
mereka secara kreatif. Manajer yang tangguh haruslah mampu melihat “yang tak
terduga” sebagai peluang, dan bukan sebagai masalah.
2. Inkongruensi
Pada 1960, Alcon Laboratories berhasil mencetak sukses yang luar biasa. Bill
Conner, salah seorang pendiri perusahaan, berhasil memanfaatkan inkongruensi
di dalam praktek medis. Operasi katarak adalah salah satu operasi yang paling
sering dilakukan di dunia. Para ahli biasanya lebih memilih menggunakan metode
konvensional.
Namun dalam perkembangan, banyak ahli yang lebih muda menemukan metode yang
berbeda, namun dengan hasil yang sama. Metode baru ini dianggap inkongruen;
tidak sesuai, dan tidak pantas. Alcon memilih untuk bersikap progresif. Mereka
memperhatikan metode baru ini, dan bersedia menyediakan peralatan medis yang
diperlukan. Dalam waktu singkat, Alcon mendominasi pasar penyediaan peralatan
medis untuk operasi katarak. Lima belas tahun kemudian, Nestle membeli Alcon
dengan harga yang luar biasa besar.
Pada awalnya, inkongruensi semacam itu tampak tidak logis, maka tidak bisa
dijadikan patokan. Akan tetapi, jika anda mau lebih teliti, inkongruensi
semacam itu sebenarnya adalah kesempatan untuk menjadi kreatif. Realitas yang
inkongruen bisa menjadi sumber kreativitas yang besar. Paling jelas adalah
inkongruensi antara harapan (expectations) dan hasil (results) di dalam
praktek bisnis.
Pada lima puluh tahun pertama abad kedua puluh, banyak pengusaha kapal
berusaha menciptakan kapal yang memiliki kecepatan tinggi, namun irit dalam
konsumsi bahan bakar. Akan tetapi, yang terjadi adalah: semakin berhasil
mereka menciptakan kapal berkecepatan tinggi dengan konsumsi bahan bakar
rendah, penjualan mereka justru semakin rendah. Pasar perkapalan menunjukkan
penurunan yang drastis.
Inilah yang disebut sebagai inkongruensi antara asumsi-asumsi pelaku bisnis
dengan realitas yang terjadi. Pengeluaran terbesar para praktisi bisnis dalam
penggunaan kapal bukanlah pada saat kapal berada di laut, tetapi pada saat
kapal tersebut berlabuh.
Setelah para pengusaha kapal memahami fakta ini, mereka mengubah arah produksi
mereka. Solusi terhadap inkongruensi ini tidak membutuhkan teknologi baru,
tetapi cara berpikir yang baru! Hasilnya, industri kapal mengalami kemajuan
pesat selama hampir 30 tahun setelahnya.
3. Proses-proses Pemenuhan Kebutuhan
Sampai 2002, Jepang belum memiliki sistem transportasi jalan tol modern. Jalan
raya di Jepang masih mengikuti pola jalan yang sama, yang sudah diterapkan
sejak abad ke sepuluh. Mobil bisa tetap berjalan tanpa banyak terjadi
kecelakaan, karena pemerintah Jepang berhasil mengintegrasikan sistem
reflektor kaca mobil.
Akibatnya, para pengendara mobil bisa melihat arah mobil dari enam arah
berlawanan. Teknologi reflektor ini sangatlah sederhana. Akan tetapi,
kinerjanya sangatlah efektif. Pemerintah Jepang berhasil melangsungkan
proses-proses pemenuhan kebutuhan para pengendara mobil di Jepang.
Apa yang disebut media massa sekarang ini, menurut Drucker, sebenarnya adalah
suatu proses-proses pemenuhan kebutuhan juga. Kebutuhannya ada dua. Yang
pertama adalah kebutuhan untuk mencetak ribuan koran untuk memenuhi kebutuhan
berita masyarakat.
Yang kedua adalah kebutuhan banyak perusahaan untuk memasarkan produknya
melalui surat kabar. Ide yang kedua muncul dari Adolph Ochs dari New York
Times, William Randolph Hearst, dan Joseph Pulitzer dari New York World.
Pemasaran melalui surat kabar memungkinkan surat kabar tersebut dapat
disebarkan secara gratis, karena pemasukan utama surat kabar adalah dari
iklan.
4. Perubahan Pasar
Menurut Drucker, “strategi bisnis dapat berubah hanya dalam semalam”.
Perubahan itu bisa ditafsirkan dengan dua cara, yakni sebagai masalah, atau
sebagai kemungkinan untuk melakukan proses produksi yang kreatif.
Banyak perusahaan besar hanya terpaku pada bisnis utama mereka. Mereka tidak
memperhatikan perubahan dan perkembangan pasar. Mereka menutup mata dari
segmen pasar yang mengalami perkembangan paling pesat. Jika bersikap seperti
itu, maka pendatang baru akan merebut pasar yang sedang berkembang itu.
Kemungkinannya ada dua, sang pendatang baru akan menjadi penguasa pasar di
masa depan, atau perusahaan besar membuka peluang di segmen yang sedang
berkembang, serta memperluas usaha mereka.
5. Perubahan Demografis
Perubahan demografis adalah data eksternal yang, bila digunakan, akan
mendorong perusahaan ke arah perkembangan yang kreatif. Banyak orang tidak
menyadari, bahwa angkatan kerja 2020 sudah dilahirkan pada masa sekarang. Data
mengenai angkatan kerja masa depan itu bisa menjadi sumber kreativitas dan
inovasi yang besar, jika digunakan semestinya.
Banyak perusahaan Jepang mengembangkan bisnis mereka dengan berbasis pada data
perubahan demografis. Sekarang ini, Jepang sudah menjadi negara maju. Tingkat
warga yang memiliki pendidikan tinggi terus meningkat dari tahun ke tahun.
Akibatnya di masa depan nanti, banyak pekerjaan-pekerjaan kasar kerah biru
akan kekurangan suplai tenaga kerja.
Bagaimana mengisi kekosongan ini? Industri-industri di Jepang menanggapi
dengan mengembangkan teknologi robot. Jadi, manusia akan berfokus pada
pekerjaan-pekerjaan kerah putih yang memang membutuhkan daya analisis serta
kemampuan membuat keputusan yang tinggi. Sementara, pekerjaan-pekerjaan kasar
khas kerah biru akan diserahkan pada robot.
Jepang menggunakan data perubahan demografis dengan tepat. Akibatnya, mereka
kini memimpin pengembangan teknologi robot.
Di Eropa sejak dekade 1970-an, banyak perusahaan yang bergerak di bidang
pariwisata sudah menyadari, bahwa tingkat pendidikan pelanggan mereka sudah
berkembang. Konsekuensinya, pola hiburan dan pariwisata yang lama tidak lagi
bisa menyentuh hati dan selera mereka.
Oleh karena itu, para pimpinan perusahaan pariwisata mulai mengembangkan
paradigma industri hiburan dan pariwisata yang baru dengan menggabungkan
berbagai kultur yang ada, sehingga tercipta industri hiburan yang eksotis dan
memikat.
Menurut Drucker, banyak manajer sudah mengetahui arti penting dari data
demografis. Akan tetapi, mereka masih berpendapat, bahwa perubahan demografis
sangatlah lambat, sehingga hampir tidak memberikan pengaruh apapun.
Hal ini tidak lagi berlaku. Perubahan data demografis pada abad ke-21
sangatlah cepat. Perubahan tingkat pendidikan, pekerjaan, dan selera
masyarakat sangat mempengaruhi perkembangan pasar secara sangat signifikan.
Perubahan semacam itu juga merupakan peluang untuk mengembangkan bisnis secara
kreatif.
6. Perubahan Persepsi
Ingatkah anda akan perumpamaan “gelas setengah penuh” dan “gelas setengah
kosong”? Menurut Drucker, perumpamaan ini menggambarkan dengan tepat
pentingnya persepsi terhadap suatu fenomena. “Mengubah persepsi manajer dari
setengah gelas penuh menjadi setengah gelas kosong”, demikian Drucker,
“membuka kesempatan bagi perkembangan yang besar.”
Drucker memberi contoh tentang kasus Amerika. Tiga atau empat dekade
belakangan ini, dunia kesehatan Amerika Serikat mengalami kemajuan pesat.
Angkat kematian bayi menurun tajam. Umur hidup rata-rata orang meningkat
setiap tahunnya.
Banyak penyakit kanker yang berhasil disembuhkan. Walaupun begitu, masyarakat
Amerika mengalami paranoia kolektif tentang kesehatan mereka. Tiba-tiba, semua
orang jadi sangat khawatir dengan kondisi kesehatan mereka. Mereka khawatir
terkena kanker. Semua penyakit secara langsung dikaitkan dengan kanker.
Jelaslah dalam hal ini, gelas dilihat setengah kosong.
Masyarakat Amerika tidak menikmati perkembangan teknologi kesehatan mereka.
Mereka justru berpendapat, bahwa penyakit masih merupakan penyebab utama
kematian. Menurut Drucker, situasi ini sangatlah tepat untuk memasarkan
produk-produk kesehatan, seperti obat-obatan, alat-alat olahraga, dan
program-program diet sehat. Pada 1983, perusahaan yang paling berkembang
adalah perusahaan penjual alat-alat olahraga dalam ruangan.
Perubahan persepsi tidak mengubah fakta, melainkan mengubah bagaimana fakta
itu dimaknai. Perubahan makna atas fakta-fakta yang ada tersebut bisa
berlangsung sangat cepat. Dulu, komputer dipandang sebagai ancaman bagi
praktek bisnis.
Tak sampai dua tahun, pandangan itu berubah. Komputer pun dipandang sebagai
bagian tak terpisahkan dari praktek bisnis. Jelaslah, bahwa perubahan persepsi
ini seringkali tidak bisa diukur dan ditebak. Inilah yang disebut sebagai mood
pasar. “Akan tetapi”, tulis Drucker, “mood pasar bukanlah sesuatu yang
misterius. Itu adalah sesuatu yang konkret, dapat dirasakan, dan dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan kemajuan.”
7. Penemuan Teknologi-teknologi Baru
Kreativitas dan inovasi terbesar di dalam sejarah muncul, karena penemuan
teknologi-teknologi baru. Penemuan itu bisa berupa penemuan teknis, saintifik,
ataupun penemuan sosial, seperti cara memasarkan gaya baru, dan
sebagainya.
Memang, tidak semua orang menganggap, bahwa inovasi dan kreativitas muncul
dari penemuan teknologi baru. Akan tetapi inilah inovasi dan kreativitas yang
sesungguhnya berada. Orang yang berhasil melakukan ini akan mendapatkan
reputasi baik sekaligus kekayaan atas penemuannya itu.
Dalam konteks bisnis, Drucker berpendapat, bahwa kreativitas dan inovasi
terpenting muncul dan berbasis pada pengetahuan (knowledge based creativity).
Kreativitas semacam ini berbeda dari kreativitas lainnya. Jika suatu
pengetahuan yang baru berhasil ditemukan, penemuan itu tidak otomatis bisa
menghasilkan suatu teknologi yang siap pakai.
Proses menciptakan teknologi yang praktis dari pengetahuan murni membutuhkan
waktu yang lama. Bahkan, setelah teknologi praktis sudah ditemukan, proses
pemasarannya, sehingga bisa dirasakan masyarakat luas, pun membutuhkan waktu
lagi.
Menurut Drucker, jarak antara penemuan pertama sampai bisa dirasakan
manfaatnya oleh masyarakat luas sekitar 50 sampai 60 tahun. Itu pun
mengandaikan teknologi pemasaran dan respons pemerintah yang cepat. Bayangkan,
betapa lamanya penemuan pengetahuan murni sampai bisa dirasakan manfaatnya
oleh masyarakat luas di Indonesia.
Penemuan semacam ini membutuhkan pengetahuan yang beragam. Tidak ada satu ahli
bidang pengetahuan tertentu yang bisa merumuskan semuanya. Drucker memberi
contoh tentang penemuan sistem bank modern (modern banking).
Konsep tentang sebuah institusi mandiri, yang tujuannya mengolah modal untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi, dirumuskan secara sistematis oleh Comte de
Saint-Simon pada masa pemerintahan Napoleon di Prancis.
Akan tetapi baru 30 tahun setelah kematiannyalah dua murdinya, yakni Pereire
bersaudara, mendirikan bank mandiri pertama, yakni Credit Mobilier. Mereka
adalah pelopor apa yang kita sebut sekarang ini sebagai kapitalisme finansial.
Dalam usaha pertamanya tersebut, mereka tidak berhasil. Credit Mobilier pun
ambruk. Beberapa tahun kemudian, dua anak muda, yakni J.P Morgan dari Amerika
Serikat dan Georg Siemens dari Jerman, menggabungkan teori bank mandiri dan
teori bank komersil untuk mendirikan bank modern pertama. Mereka sukses.
Hasilnya adalah J.P Morgan & Company di New York, dan Deutsche Bank di
Berlin. Sepuluh tahun kemudian, seorang Jepang bernama Shibusawa Eiichi
menggukan konsep bank modern yang ada, dan menerapkannya dalam konteks Jepang.
Ia meletakkan dasar bagi ekonomi Jepang sekarang ini.
“Waktu yang lama dan kebutuhan untuk menggabungkan beragam bentuk pengetahuan
yang ada”, demikian Drucker, “menjelaskan ritme yang tidak biasa dari inovasi
berbasis pengetahuan, daya tarik, dan bahayanya. ” Memang, inovasi berbasis
pengetahuan, seperti yang saya contohnya di atas, sangat sulit untuk diatur,
tetapi bukannya tidak mungkin.
Kesuksesan yang sesungguhnya terletak pada kemampuan seseorang untuk
melakukananalisis mendalam tentang jenis-jenis pengetahuan yang diperlukan
untuk menjadi kreatif dan menciptakan kemajuan. J.P Morgan dan Georg Siemens
melakukan ini, ketika mereka mendirikan bank modern untuk pertama kalinya.
Drucker lebih jauh berpendapat, bahwa inovasi berbasis pengetahuan ini
memiliki sifat paradoks. Elemen utamanya adalah pengetahuan, tetapi keberadaan
inovasi dan kreativitas semacam ini sangatlah tergantung pada situasi
konsumen.
Percuma mengembangkan sebuah produk yang didasarkan pada pengetahuan yang
canggih, tetapi buta pada kebutuhan utama konsumen. Bahkan bisa juga
dikatakan, bahwa model inovasi berbasiskan pengetahuan adalah model yang
paling tergantung terhadap kebutuhan konsumen. Fokus utamanya pengetahuan,
tetapi keberadaannya sangat tergantung pada apa yang menjadi keinginan
konsumen.
8. Kesimpulan Pandangan Drucker
Drucker mengajarkan kita, bahwa inovasi yang kreatif dan sistematis dimulai
dengan analisis terhadap kemungkinan dan peluang-peluang yang baru. Seorang
inovator atau penemu yang baik siap untuk melihat dan menangkap berbagai
kemungkinan yang ada secara mendalam, walaupun kemungkinan itu tidak pernah
terpikirkan sebelumnya.
Inovasi dan kreativitas itu sekaligus menggunakan konsep dan persepsi. Oleh
karena itu, orang perlu untuk melihat secara konseptual, dan merasakan secara
perseptual. Ia harus keluar dari comfort zone dan melihat, bertanya, serta
mendengarkan.
Ia harus melakukan riset analitis tentang jenis pengetahuan apa yang
diperlukan untuk menangkap suatu peluang. Ia juga harus terjun ke masyarakat
untuk memahami kebutuhan, nilai-nilai, dan harapan mereka.
Suatu inovasi yang didasarkan pada kreativitas haruslah sederhana dan fokus
pada tujuan tertentu. Tujuan tersebut harus tunggal. Jika tujuannya banyak,
maka orang akan bingung. Inovasi yang didasarkan atas kreativitas biasanya
dimulai dari sesuatu yang kecil. Inovasi semacam ini tidaklah dimulai secara
gegap gempita. Ide tentang inovasi yang rumit, tidak fokus, dan kelihatan
megah biasanya tidak akan berhasil.
Menurut Drucker, tidak ada kepastian, apakah suatu inovasi yang didasarkan
pada kreativitas itu akan berkembang menjadi bisnis raksasa, atau hanya
menjadi bisnis yang sederhana. Apapun yang terjadi, suatu inovasi yang
berbasiskan pada pengetahuan dan kreativitas akan menjadi pemimpin di
bidangnya, dan ini sudah merupakan sebuah prestasi yang membanggakan. “Jika
sebuah inovasi tidak bertujuan untuk memimpin sedari awal,” demikian Drucker,
“maka inovasi itu tidak akan cukup inovatif.”
Inovasi dan kreativitas lebih merupakan buah dari usaha keras, bukan hanya
kecerdasan atau geniusitas. Inovasi memerlukan pengetahuan yang tepat dan
fokus yang jelas. Jika anda ingin melakukan terobosan dalam bidang usaha
perbankan, maka anda harus fokus disana. Fokus menentukan segalanya. Sangat
jarang muncul seorang inovator brilian yang memiliki beragam pekerjaan dan
usaha yang tidak terkait satu sama lain.
Inovasi dan kreativitas yang otentik membutuhkan bakat, kecerdasan, dan
pengetahuan yang tepat. Akan tetapi, itu semua menjadi tidak berguna, jika
tidak dibarengi dengan kerja keras yang fokus pada tujuan spesifik. Tanpa
ketekunan, konsistensi, dan fokus yang jelas, kecerdasan, bakat, dan
pengetahuan menjadi tidak relevan.
0 Response to "Kewirausahaan Menurut Peter F Drucker"
Post a Comment